Syahdan, seorang Orlan, perempuan Perancis gerah dengan arti cantik. Terlalu banyak syarat agar disebut cantik. Mesti bermata indah, berhidung mancung, tekstur wajah halus dan simetris, bibir halus yang tipis, rambut indah panjang berkesan romantis. Ah, jadi ingat Birth of Venus. Lukisan Dewi Venus paling terkenal karya Sandro Botticelli. Sang Dewi dilukiskan berambut coklat tebal, bergelombang laksana ombak laut. Dua mata indah, menatap suatu objek. Mengerling bikin mabuk hati. Di atas mata coklat itu, dua alis melengkung, lebih indah dari bulan sabit. Pasti bukan hasil rekayasa make up kosmetik. Garis batang hidungnya sungguh halus dan mancung. Dan amboi, bibirnya bila bergerak mungkin akan seperti Cleopatra yang bila bicara seluruh orang akan terdiam. Terpesona. Kulitnya putih dan sangat halus. Bahkan air yang menetes pun pasti akan tergelincir, jatuh. Duhai Sang Maha Pencipta Perempuan, jika seorang Sandro Botticelli saja bisa melukis perempuan seindah itu, bagaimana pula kiranya jika Dikau yang melukisnya. Pasti bakal matilah seluruh laki-laki di dunia karena lupa bernapas.
Tapi itu Venus. Dan itu cuma lukisan. Meski demikian, selama berpuluh-puluh tahun perempuan-perempuan Barat terindoktrinasi, bahwa yang cantik,manis dan menarik itu mestilah yang mirip Venusnya Botticelli. Orlan, sang perempuan Perancis itu berontak. Ia ingin menunjukkan pada siapapun bahwa cantik itu tak lebih dari imajinasi visual. Tak seorangpun yang akan mencapainya. Sebab, sifatnya hanya ilusi belaka.
Jadi, dia menyerahkan wajahnya pada pisau operasi. Kejam. Tapi begitulah, demi sebuah tekad (atau mungkin dendam) ia meminta para dokter bedah plastik membuat wajahnya mirip Venus. Secantik Venus. Ia merancang sebuah transmisi video yang terhubung ke website khusus bernama Renaissance-Facial Cosmetic Surgery Center. Agar seluruh orang di dunia bisa melihat kekonyolan operasi plastik--bila hanya bertujuan untuk mempercantik, dan bukan pengobatan. Ia bahkan meminta bius lokal saja agar bisa membaca dan menjawab berbagai pertanyaan masyarakat luas. Oh, sungguh keras kepala dikau, Orlan, dan betapa beraninya. Ia menghadapi enam kali proses operasi. Dan hasilnya.....jelek. Banyak orang yang mengkritiknya, bahwa wajahnya masih kurang ini, masih kurang itu. Pendek kata, seberapa keraspun dokter berusaha 'menyempurnakan' wajahnya, Orlan tetap saja dibilang jelek.
So? itulah tujuan Orlan. Ia ingin memberitahu masyarakat luas bahwa kecantikan ideal hanya ada dalam imajinasi. Kecantikan ideal itu takkan mungkin dapat dicapai tubuh fisik. Sebab, cantik berada dalam tataran mimpi, dunia khayal.
Jadi, berhentilah bermimpi, keluarlah dari dunia khayal.
**
Apakah saya tengah menulis untuk perempuan? hmm, bisa jadi. sebab perempuanlah yang paling sering jadi korban mitos kecantikan. Seolah-olah, kalau perempuan berhidung besar, berkulit hitam, berambut keriting, bertubuh gemuk, pendek, kulit berminyak dan berjerawat, dia akan disisihkan dari dunia cantik. Bohong itu! Tak satu orang pun yang bisa merampasmu dari dunia cantikmu. Tidak iklan sabun, obat jerawat, shampoo, bedak, lotion maupun fashion. Don't play your self small! jangan mengerdilkan dirimu sendiri. Setiap perempuan adalah cantik, indah dan sempurna. Kenapa? sebab perempuan diciptakan oleh Zat yang indah dan sempurna. Tak mungkin Zat Maha Sempurna, menciptakan sesuatu yang bopeng. Setiap ciptaanNya, pasti juga sempurna. So you do. Begitu juga kamu.
Si Pembawa Bom
Kecantikan punya sejarah. Percayalah padaku....
Abad ke-15 hingga 17 di Eropa, perempuan kurus sungguh tersiksa. Nyaris tak ada pakaian yang pas. Semuanya terlalu besar. Kedodoran. Sebab mungkin, para penjahit tak punya waktu memikirkan mereka. Baju hanya cantik bila dikenakan perempuan bertubuh montok. Sebab saat itu, cantik berkaitan dengan fungsi reproduksi. Perempuan hanya disebut cantik bila mereka bisa melahirkan anak di dunia. Lalu bagaimana dengan mereka yang hanya diizinkan Tuhan untuk punya anak di surga?
Di India, perempuan justru berlomba untuk bertubuh besar. Sebab, tubuh besar berarti makmur. Makmur berarti kaya. Maka berbahagialah mereka yang gendut, tandanya kaya. Dan bukankah kekayaan idaman setiap orang. Kurus justru aib. Sebab...ah, pasti perempuan itu terlalu miskin hingga tak sanggup membeli roti bermentega yang enak itu. Atau tak sanggup membeli bahan untuk membuat Nasi Briyani yang lezat.
Lalu semua berubah. Begitu tiba-tiba. Segala yang disebut cantik, manis dan seksi di bom hingga pecah berkeping-keping. Pembawa bom itu bernama Twiggy.
Dia tidak cantik. Kerempeng papan. Rambut pendek pirang. Sangat ringkih dan rapuh, mirip daun hendak luluh. Hingga mungkin banyak orang yang berdoa angin bertiup pelan agar dia tak jatuh. Tapi pesona justru datang dari keringkihan itu. Entah mengapa, orang-orang begitu tertarik pada si kerempeng papan ini. Ia hadir di tengah-tengah perempuan yang didoktrin bahwa cantik itu berarti besar. Ia seperti angka satu di tengah ribuan nol. Dan dia tampil sebagai pemimpinnya. Mendadak ribuan perempuan di dunia ingin sekurus dan seringkih dia. Twiggy hadir merubah citra montok yang harus lengket pada perempuan. Dia berhasil.
**
Cantik itu hanya mitos. Citra. Dibangun berbagai produsen kosmetik dengan satu tujuan: agar produknya laris. Laris berarti laba. Laba itu kekayaan. Sederhana sekali. Tapi selama bertahun-tahun kita rela diperangkap oleh mereka. Membeli produk yang diiklankan, seolah-olah dengan demikian kita sudah bisa disebut cantik versi mereka. Ya, versi mereka tentu saja. Mari kita lihat.
Dulu, ketika Widyawati ngetop sebagai bintang remaja, ia jadi ikon kecantikan. Yang cantik itu yang seperti Widyawati. Bukan kata si artisnya, tapi ‘kata’ produk sabun yang mengiklankannya. Ketika era Widyawati berganti, kita memasuki era mandarin. Saat itu, segala yang berwajah oriental dianggap cantik. Maka beruntunglah engkau yang bermata sipit, berkulit putih dan berambut lurus. Dan malanglah kalian yang bermata besar, berambut keriting dan berkulit coklat. Di era keemasan oriental ini, para remaja sipit berlomba-lomba mengisi layar kaca. Namun itu tak lama. Beberapa tahun kemudian, defenisi cantik itu mulai bergeser. Kini cantik adalah segala sesuatu yang berbau bule. Maka berbahagialah kalian yang salah satu orangtuanya bule. Sebab kalian akan memiliki hidung mancung, kulit putih, badan tinggi, dan kalau bisa rambut lurus.
Hmm, kalau begitu apa sih arti cantik lima tahun lagi? Mungkinkah era perempuan bertubuh besar kembali? Mungkin saja. Jadi, bersiaplah kamu yang bertubuh gemuk, sebab, mungkin nanti giliranmu yang tampil di pentas cantik.
**
So What? Ya, lalu apa? Lihat kan cantik itu Cuma mitos yang dibuat produsen kosmetik supaya produknya laris. Mereka membombardirmu setiap hari dengan berbagai defenisi cantik. Mengikuti mereka sama dengan menyerahkan dirimu ke laut. Tenggelam. Tak berdaya. Bingung. Kamu akan menjadi bukan siapa-siapa. Mengapa tak mencoba jadi Twiggy? Bukan meniru kerempengnya, tapi sikap dan pendiriannya. Ia tak goyah oleh berbagai defenisi cantik. Ia menciptakan defenisi sendiri dan mengikutinya. Sebab mungkin ia percaya, bahwa cantik itu berarti mengikuti kata hati.*
Jolie
Jolie, jika damai bisa datang dari hati yang penuh belas kasih dan cinta, maka kabarkanlah cinta itu ke seluruh dunia.
**
Siapa dia yang dalam cintanya pada anak-anak terlantar, terabaikan, termiskinkan dan terkebelakangkan? Di hari-hari ini, ketika banyak orang kaya tak lagi sudi memberi si papa, hutan-hutan dibabat tanpa hati, kelaparan jadi berita biasa di meja makan, jutaan pengungsi di usir ke sana ke mari, seorang perempuan datang mengulurkan tangannya.
Dia cantik. Rambutnya panjang tergerai, wajahnya manis rupawan. Posturnya tinggi menjulang. Tapi dia bukan perempuan kebanyakan. Yang hanya suka bersolek, memperindah raga, dan memanis-maniskan tutur kata. Dia perempuan yang apa adanya. Kuat, punya prinsip dalam hidup. Sangat berkarakter. Dialah Angelina Jolie.
Lupakan gosip-gosipnya. Kita tak memerlukan itu. Lihatlah hatinya.
Tahun 2001, saat syuting Lara Croft “Tomb Raider”, di Kamboja, ia menyempatkan diri mengunjungi sebuah panti asuhan. Di sana ia jatuh hati pada anak lelaki kecil. Terlihat rapuh dan ringkih. Tuhan menakdirkan dia harus terpisah dari kedua orangtuanya begitu dini. Tapi Tuhan jualah yang menakdirkan dia bertemu Jolie. Perempuan itu jatuh cinta, dan memutuskan untuk mengadopsinya.
Sekitar empat tahun sesudahnya, Jolie ke Afrika dan bertemu Zahara. Bayi kecil yang diperkenalkan sebuah agensi padanya. Dengan lembut Jolie membawa bayi itu ke pelukannya, memutuskan untuk mengadopsinya. Hmm, mengurus seorang bayi sungguh merepotkan. Tanya pada ibumu. Harus rela tidur tak nyenyak, begadang atau bahkan menggendong bayi semalaman sambil berjalan hanya untuk meredakan tangisnya. Tapi Jolie melakoninya sepenuh hati. Sebab cinta telah mendorongnya untuk membahagiakan Zahara.
Cukupkah itu bagi Jolie? Tidak. Sejak tahun 2003 ia bekerja sama dengan lembaga sosial Cambodian Vision Development dan US Conservation Wild aid. Tujuannya untuk melakukan konservasi hutan dan pengentasan kemiskinan di wilayah barat laut Kamboja. Ia menyumbang 1,3 juta dollar untuk proyek itu.
Perhatiannya terhadap kemanusiaan membuat UNHCR, badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi memilihnya sebagai duta. Jolie berkampanye untuk menghimbau pihak berkuasa agar memerhatikan kesehjateraan para pengungsi. Ia pun tak segan-segan menyumbang dari koceknya sendiri. Beberapa waktu lalu ia menghibahkan 1 juta dolar untuk para pengungsi di Sudan.
Jolie semakin cantik berkat kebaikan hatinya.
***
Jadi, mengapa melulu memikirkan fisikmu, sedang hati hanya bisa diikat oleh hati pula?
Mengapa masih berpikir orang-orang akan jatuh cinta padamu bila kau tak lagi punya jerawat? Apa pentingnya jerawat kecil itu dibanding jutaan anak yang terpaksa jadi yatim piatu? Atau dibanding hutan yang terkorosi setiap hari? Atau dibanding kelaparan dan kelangkaan air bersih di Afrika? Come on, jangan memperbodoh dirimu dengan menganggap jerawat, hidung pesek, bibir memble, atau tubuh pendek sebagai ‘bencana nasional.’ Syukuri saja bahwa semuanya masih berfungsi baik. Kamu masih sehat dan bisa berjalan. Percantik saja hatimu. Mulailah untuk peduli pada orang lain, lingkunganmu. Mulailah punya cita-cita untuk berbuat banyak bagi orang-orang dan lingkungan di sekitarmu. Penuhi hatimu dengan cinta kasih, kelembutan. Beningkan hatimu dengan kepedulian. Hati yang bening akan memancarkan cahaya. Dan cahaya adalah sumber keindahan paling utama. Sebab bukankah keindahan Tuhan kerap digambarkan sebagai cahaya di atas cahaya?
Jadi, mari kita ambil cahaya itu, tangkupkan di wajah. Lalu lihatlah dunia yang akan tersenyum, mencintai.